Tauhid; Kunci Keistiqomahan dalam Hijrah Seorang Muslimah (Bagian 1)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.  أَمَّا بَعْدُ

Nikmat hidayah ialah nikmat terbesar yang telah Allah سبحانه و تعالى  berikan kepada hamba-Nya. Termasuk nikmat hidayah ialah kita terlahir sebagai muslim dan Allah pilih kita di antara banyaknya umat manusia untuk berada di atas jalan sunnah Rasulullah ﷺ dan para shahabat رضي الله عنهم. Maka inilah nikmat yang besar, nikmat yang harus kita jaga dan jangan sampai kita sia-siakan.

Untuk menjaga nikmat terbesar ini, kita akan menjumpai istilah hijrah. Hijrah merupakan ibadah sebagaimana yang terdapat dalam hadits berikut.

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa makna hijrah di antaranya ialah sebagai berikut.

Seseorang yang berhijrah, ia menjauhi apa yang Allah سبحانه و تعالى  larang.Sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amru رضي الله عنه.

المهاجر من هجر ما نهى الله عنه

“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.”

Ketika kita memilih jalan sunnah, akan ada rintangan-rintangan sebagai ujian keimanan kita. Sebagaimana yang Allah سبحانه و تعالى firmankan dalam Surat Al ‘Ankabut (29) ayat 2.

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْا اَنْ يَّقُوْلُوْا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Dengan memahami hal tersebut, maka kita harus selalu siap saat Allah datangkan ujian tersebut. Ingatlah bahwa surga itu mahal yang tidak didapatkan dengan bersantai-santai!

Allah سبحانه و تعالى akan menguji kita sebagaimana Allah pun menguji orang-orang beriman terdahulu. Ujian tersebut ialah sebagai pembeda mana yang jujur dengan keimanannya dan mana yang berdusta atas keimanan tersebut.

Bersyukurlah kita semua tinggal di sini. Ujian kita ialah datang dalam bentuk ujian hati saja tidak dibersamai dengan ujian fisik juga materi sebagaimana para shahabat رضي الله عنهم  dahulu. Allah سبحانه و تعالى berikan kita kenikmatan tinggal di tempat yang aman sehingga kita dapat beribadah dengan tenang.

Pahamilah bahwa hijrah memang bukan jalan yang mudah dan Al Haq tidaklah diukur dari banyaknya orang! Untuk berteguh di atas jalan hijrah ini, kita perlu mengokohkan pondasi tauhid dengan pertolongan Allah سبحانه و تعالى. Syukurilah petunjuk ini dan semoga Allah jaga sampai kelak bertemu dengan Rabbul ‘aalamiin.

Allah سبحانه و تعالى memberikan hidayah pertama kali (الهداية الأولية) yakni keinginan dalam hati untuk melakukan kebaikan yang Allah ridhoi seperti menghadiri majelis ilmu dan menghindari hal-hal yang Allah haramkan. Hidayah pertama kali ini tidak bisa bertahan jika kita tidak melakukan hal-hal untuk mempertahankannya. Maka untuk menjaga hidayah ini kita perlu melakukan dua hal berikut.

  • Doa

Ingatlah bahwa hidayah pertama kali muncul di hati, bagian diri kita yang mudah terbolak-balik yang berada di antara jari jemari Allah. Maka untuk menjaganya agar tetap teguh, kita harus memohon kepada Pemiliknya; Allah سبحانه و تعالى. Hanya Allah yang mampu menjaga dan meneguhkan hati kita di atas hidayah ini.

Doa memohon hidayah senantiasa diucapkan seorang muslim dalam sholatnya, yakni yang terdapat dalam surat Al Fatihah (1) ayat 6.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus,”

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga telah mencontohkan doa memohon hidayah berikut.

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.”

  • Berusaha

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Al ‘Ankabut (29): 69]

Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa siapa yang berjihad, bersungguh-sungguh untuk mencari keridhoan Allah سبحانه و تعالى, maka akan Allah tunjukkan kepada mereka jalan-jalan-Nya. Makna (و الذين جاهدوا) Ini tidak terbatas hanya pada masalah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu saja, tapi semua amalan yang dengannya dia berharap keridhoan Allah تعالى. Termasuk di dalamnya, siapa yang belajar dengan sungguh-sungguh ilmu agama ini, ia akan Allah mudahkan jalannya menuju surga-Nya. Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka akan Allah pahamkan ia dengan agama-Nya.

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia paham dalam agama.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Maka usaha terbaik yang pertama-tama harus kita lakukan ialah menuntut ilmu syar’i. Dan ilmu yang utama yang harus kita pelajari untuk mengokohkan hijrah kita ialah ilmu tauhid, ilmu aqidah. Sedangkan cara terbaik dalam menuntut ilmu ialah yang rutin. Maka hadirilah majelis-majelis ilmu rutin, kajian-kajian yang membahas kitab-kitab para ulama secara tuntas. Hadiri kajian-kajian yang membahas perkara aqidah.

Insyaallah bersambung ke Sesi 1 Bagian 2.

Tinggalkan komentar