Tauhid; Kunci Keistiqomahan dalam Hijrah Seorang Muslimah (Bagian 2)

Belajar tauhid tidak bisa instan dan terputus di tengah jalan; tidak cukup hanya sekali dipelajari dan kemudian dihentikan. Tauhid ialah hal yang harus kita pelajari terus menerus bahkan sangat penting untuk diulang-ulang. Ingatlah bahwa seruan dakwah yang Rasulullah ﷺ sampaikan pertama kali ialah perkara tauhid. Selama 13 tahun pertama beliau berdakwah di Makkah dengan menanamkan tauhid kepada para shahabat رضي الله عنهم. Setelah tauhid tertanam kuat dalam hati dan jiwa mereka, barulah fase dakwah berkembang pada perkara-perkara lainnya yang ini berlangsung selama 10 tahun; fase dakwah di Madinah. Dan selama 10 tahun tersebut bukan berarti dakwah tauhid dihentikan. Perkara tauhid terus disampaikan, diulang, hingga para shahabat رضي الله عنهم dapat melalui hari-hari berat yang menjadi jalan ujian keimanan mereka.

Tauhid yang mereka pelajari memahamkan mereka kepada Dzat Yang Menciptakan mereka, satu-satunya Dzat yang Berhak diibadahi yang mengatur segala sesuatu. Selain itu, apa yang mereka pelajari menjadikan pemahaman akan surga dan neraka nyata di pelupuk mata mereka, mereka beriman dengan benar hingga Allah سبحانه و تعالى teguhkan mereka di atas jalan yang penuh rintangan sekalipun.

Ada banyak kisah para shahabat رضي الله عنهم yang mencerminkan bagaimana keteguhan tauhid dalam hati dan jiwa mereka. Salah satu kisah yang memiliki banyak hikmah ialah kisah Julaibib رضي الله عنه. Julaibib رضي الله عنه merupakan seorang shahabat yang Rasulullah ﷺ cintai sebab kokohnya tauhid dalam hatinya. Suatu ketika Rasulullah ﷺ bertanya kepada Julaibib رضي الله عنه, “Apakah kamu tidak ingin menikah?”

Julaibib رضي الله عنه menjawab, “Siapa yang mau menikahiku?” beliau pun mengatakan bahwa beliau bukanlah orang yang bernasab, tidak berpunya, tidak tampan dan fisiknya pun tidak bagus.

Rasulullah ﷺ kemudian melamarkan seorang wanita pilihan, wanita yang juga memiliki tauhid yang kokoh dalam hatinya, yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Wanita tersebut menerima pinangan Julaibib رضي الله عنه dan dikisahkan keduanya menjalani pernikahan yang baik namun tidak berlangsung lama sebab tidak lama setelah pernikahan keduanya, Julaibib رضي الله عنه memenuhi seruan jihad. Julaibib turun ke medan jihad lalu mendapatkan syahid dalam peperangan tersebut dan jiwanya menjadi rebutan para bidadari. Allaahu Akbar, laa haula wala quwwata illaa billaah.

Para shahabat رضي الله عنهم memang memiliki semangat jihad yang tinggi dan mereka pun bersemangat dalam mencari syahid. Inilah salah satu buah manis dari kokohnya tauhid dalam hati dan jiwa mereka. Tauhid membuat mereka paham bahwa Allah Maha Mengatur segala urusan ciptaan-Nya dengan hikmah-Nya. Melalui tauhid ini, mereka yakin bahwa meskipun manusia berkumpul untuk memudhorotkan mereka, tidak ada yang dapat memudhorotkan diri mereka jika Allah tidak izinkan.

واعلم أن الأمة لو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك

“Ketahuilah, bahwa seandainya semua orang bersatu padu mencelakaimu, niscaya tiada yang mampu mencelakaimu, kecuali yang Allah tetapkan atasmu.” (HR. At Tirmidzi)

Dari tauhid inilah tertanam pemahaman bahwa seorang hamba harus mau diatur Rabb-nya. Ingatlah bahwa jalan hijrah ialah jalannya Rasulullah ﷺ dan para shahabat رضي الله عنهم, jalan menuju surga-Nya, menuju nikmat melihat Rabbul ‘aalamiin. Jalan hijrah ialah jalan menuntut ilmu. Maka tautkan hati kita dengan majelis-majelis ilmu; datangi dan janganlah menjauh. Semoga Allah سبحانه و تعالى mudahkan kita menuju surga-Nya.

Allah سبحانه و تعالى berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), ‘Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’” [QS. Fushshilat (41): 30]

Sesi 1 Tanya-Jawab

Nasihat bagi ibu agar dapat menjaga fitrah anak:

  1. Didiklah diri sebelum mendidik anak; kokohkan (tauhid) kita sebelum mengokohkan (tauhid) anak. Sebab secara kaidah umum, kita tidak akan bisa memberi ketika kita tidak memiliki; Kita tidak bisa mengajar ketika kita belum belajar.
  2. Ingatlah bahwa secara umum, anak mengikuti orang tuanya, biidznillaah. Maka jadilah teladan!
  3. Kemudian tanamkan aqidah dalam hati dan jiwanya, pilihkan lingkungan dengan aqidah yang benar termasuk memilihkan sekolah dengan aqidah yang lurus dan pergaulan yang terjaga. Semoga Allah jaga fitrah anak kita.

-والله أعلم-

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Catatan telah dicek dan dikoreksi Ustadzah Hayah Hurul Aini – حفظها الله–
Boyolali, 21 Jumadal Akhir 1445
Rabu, 3 Januari 2024

Tinggalkan komentar